Rasa dan pikiran guru adalah alat sempurnanya jiwa dunia pendidikan khususnya di sekolah

Mengajar merupakan pekerjaan yang mudah dilakukan tetapi pada prinsipnya sebenarnya sulit apabila dikaitkan dengan capaian prestasi belajar dan hasil belajar siswa. Semua orang bisa mengajar, tetapi hanya sedikit orang yang mampu memadukan kemampuan mengajarnya dengan prinsip mengajar. Ketahuilah bahwa antara tindakan, harapan dan tujuan dengan menggunakan metode, model, pendekatan dan strategi tertentu yang dikaitkan pula dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar harus berjalan sejajar, kemampuan inilah yang dimiliki oleh guru dan tidak dimiliki oleh profesi lainnya.

Ada banyak profesi yang melakukan kegiatan pembelajaran, misalnya seperti yang dilakukan oleh para motivator, orang yang melakukan presentasi terhadap sesuatu, ceramah keagamaan, dan lain sebagainya. Tetapi pelaksanaannya tidak se-rumit dan se-kompleks guru dalam menyajikan materinya, hal ini terjadi karena perbedaan peserta kelas pembelajarannya. Pembelajaran orang dewasa berbeda dengan pembelajaran anak-anak, anak usia SD juga berbeda bentuk pembelajarannya dengan anak usia SMP maupun SMA. 

Mengajar memiliki sekelumit masalah, jika tidak dikelola dengan baik dapat merusak ataupun mempengaruhi model, metode, strategi maupun pendekatan mengajar guru. Gaya mengajar guru akan lebih dipengaruhi oleh emosi berlebihan yang berkembang karena pola prilaku siswa didalam kelas. Psikologi guru mengalami perubahan, akibatnya proses pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan harapan. Maka kemudian yang terjadi adalah proses pembelajaran didominasi oleh luapan kemarahan dari guru kepada siswa.

Olehnya itu, sebagai guru sebelum melakukan tindakan kepada siswa maka sebaiknya rasakan terlebih dahulu apa yang sedang terjadi di dalam kelas. Semua yang dirasa selama pembelajaran dipahami dan diselami maksud dan kejadiannya, bagaimana rangkaian tahapan pelaksanaannya mulai dari awal sampai dengan saat dimana pembelajaran menjadi terganggu atau bahkan terhenti. Lakukan dengan obyektif, jangan memposisikan diri kita pada posisi yang benar, pertimbangkan bahwa kemungkinan benar dan salahnya bisa jadi dipihak kita atau mungkin juga dipihak siswa.

Setelah merasakan apa yang sedang kita alami, kemudian pikirkan tindakan selanjutnya yang sehubungan dengan apa yang kita alami. Yang perlu diperhatikan adalah dampak positif dan dampak negatifnya, apakah tindakan yang akan dilakukan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa dan hasil belajar siswa, atau sejauhmana pengaruh negatifnya terhadap siswa. Semua ini dipertimbangkan dengan baik sehingga tidak mengganggu psikologi siswa yang ingin belajar guna mendapatkan ilmu pengetahuan dari kita.

Rumusan tindakan yang direncanakan yang telah melalui pertimbangan yang matang barulah dapat diterapkan apabila pengaruh positifnya lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh negatifnya.  Petimbangan atas rencana tindakan tersebut harus benar-benar melibatkan rasa dan pikiran positif sehingga hasilnya berpengaruh positif pada peningkatan prestasi belajar dan hasil belajar siswa yang kita ajar.