3 Faktor utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia

Berbicara seputar rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, setidaknya ada tiga faktor yang bisa di identifikasikan sebagai penyebabnya, yaitu:

  1. Kebijakan dan penyelengaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Dengan pendekatan ini fungsi lembaga pendidikan dilihat sebagai pusat produksi yang apa bila semua kebutuhan input dipenuhi sebagai output yang diharapkan akan meningkat pula. Murid diperlakukan row input sementara guru, kurikulum, dan fasilitas diperlakukan sebagai instrumental input. Dalam pendekatan ini pemenuhan segala kebutuhan input seperti pelatihan guru, pengadaan buku, dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana lebih ditekankan tanpa melihat proses sebagai bagian dari sebuah kegiatan pendidikan yang lebih penting.
  2. Penyelenggaraan pendidikan nasional diselenggarakan secara sentralistik yang menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Sebagai pelaksana yang sangat tergantung pada keputusan yang di ambil pada tingkat pusat yang kadang-kadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi sekolah pada dataran realitasnya. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, kreatifitas, inovasi dan daya inisiatifnya untuk mengelola dan menyelasaikan masalah yang dihadapinya. Dalam hal peningkatan mutu pendidikan sekolah tidak punya keleluasaan bertindak, kewenangan menentukan program dan kegiatan lainnya yang diharapkan mampu meningkatkan mutu output pendidikan yang dihasilkan.
  3. Peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa, dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Hal ini muncul karena sekolah dipandang sebagai sebuah perusahaan industri yang melayani kebutuhan individu. Dengan pandangan demikian, sekolah lebih bersifat frahmented dan menganggap sekolah sebagai lembaga yang berdiri sendiri dan terpisah dari masyarakat sekitarnya.13 Partisipasi masyarakat yang selama ini terjadi lebih banyak pada dukungan input dana tanpa memperhatikan proses seperti: pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas. Dalam keadaan seperti ini ini sekolah menjadi tidak punya beban untuk mempertanggungjawabkan program-program yang dilakukanya. Pada masyarakat sebagai salah satu pihak yang berkepentingan (stakholder) harus ikut mengontrol apa yang terjadi di sekolah.


Mencermati tiga hal yang melatarbelakangi rendahnya mutu pendidikan diatas, maka perlu langkah-langkah baru untuk menuju pada peningkatan mutu pendidikan yang harus ditempuh dengan menitikberatkan sekolah sebagai kekuatan utama.

Secara umum mutu diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat.

Dengan demikian mutu dalam dunia pendidikan yang dihasilkan berati gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari output pendidikan yang dihasilkan oleh suatu jenjang, jenis atau lembaga pendidikan dalam memenuhi harapan dan keinginan masyarakat sebagai pengguna dan pelanggan lembaga pendidikan.

Pustaka

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, ( Yogyakarta; Bigraf Publishing, 2000)
Departemen Pendidikan nasional, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,(Jakarta: 2000 )