Sejarah berdirinya Istana Bogor

Salah satu Istana Kepresidenan yang paling favorit bagi para pemimpin baik dimasa sebelum kemerdekaan sampai dengan masa sesudah kemerdekaan adalah Istana Bogor. Pada mulanya istana ini bernama Puri Buitenzorg. Puri ini didirikan pada pertengahan abad ke 18 atau pada tahun 1745, disebuah wilayah yang sekarang bernama Bogor. 

Pada waktu Puri Buitenzorg didirikan, wilayah ini masih berupa kampung yang terletak di bantaran sungai Cisadane dan sungai Ciliwung, suasana yang sejuk dan tenang membuat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Gustaaf Willem Baron Van Imhoff tertarik untuk membuat tempat peristrahatan yang beriklim sejuk dan subur apalagi daerah ini jauh dari hingar bingar Batavia (Jakarta) kala itu. 

Gaya arsitektur Istana Puri Buitenzorg meniru gaya bagunan Istana Blienheim, puri kediaman Duke of Malborough yang terletak di dekat Oxford, Inggris. Buitenzorg sendiri merupakan sebuah kata Belanda yag berarti tanpa peduli, without worry atau carefree dalam bahasa Inggris, sans souci dalam bahasa Perancis. Buitenzorg adalah nama yang tepat untuk tempat tetirah agar melupakan berbagai urusan.

Kemudian, seiring pergantian para gubernur jenderal hindia belanda, Istana Bogor juga mengalami berbagai perubahan dan penambahan. Berikut beberapa perubahan Istana Bogor sehingga tampak seperti sekarang ini:
  1. Gubernur Jenderal Raffles melakukan pemugaran bangunan, penambahan kebun disekeliling istana menjadi bergaya Inggris. Pembangunan kebun raya disekeliling istana, pembangunan Hortus Bororiensis guna menghimpun dan melestarikan kekayaan ragam tumbuh-tumbuhan. Tahun 1844, dibangun pula Herbarium Bogoriensis untuk menyimpan berbagai data tentang flora Nusantara.
  2. Untuk melengkapi koleksi animal di kebun raya Bogor, maka Gubernur Jenderal Raffles mendatangkan enam pasang rusa dari perbatasan Nepal dan India.
  3. Pembangunan sebuah menara di atas gedung induk, tepat dibawah menara terdapat tempat untuk para musisi memainkan musik bila diselenggarakan pesta-pesta dansa.
  4. Pada tahun 1954, di halaman Istana Bogor yang luas juga dibangun dan dipugar lima buah pavilion – Amarta, Madukara, Pringgodani, Dwarawatim dan Jodipoti yang lebih dikenal dengan Paviliun 1, 2, 3, 4, dan 5 – yang terpisah agak jauh dari bangunan-bangunan utama Istana. Salah satunya, sebuah pavilion kecil yang kini dikenal sebagai Paviliun Amarta (atau paviliun 2), adalah tempat kesukaan Bung Karno. Ia sering menginap di Paviliun Amarta ini bila sedang berada di Istana Bogor.
  5. Hamparan rumput Istana juga dihiasi dengan beberapa tempayan-tempayan besar tanah liat, yang dibuat pada masa Bung Karno. Dari masa penjajahan Belanda masih tertinggal beberapa tempayan asli dari Cina.

Dan masih banyak lagi perubahan-perubahan yang terjadi di Istana Kepresidenan Bogor, selain yang dilakukan oleh para Gubernur Jenderal Hindia Belanda juga dilakukan oleh para Presiden RI mulai dari Soekarno sampai dengan sekarang.