Membangun sekolah tanpa pagar

Sekolah adalah institusi pendidikan, sebuah lembaga yang berisi kaum intelektual, sekelompok kaum terdidik, yang mengenal paham baik dan buruk. Sekolah tempat menimba ilmu pengetahuan termasuk pelajaran soal hidup. Sekolah tempat kumpulan berbagai karakter yang disatukan oleh motivasi perubahan, perubahan dalam hal pengetahuan dan perubahan dalam hal sikap dan prilaku.

Indikator keberhasilan sekolah adalah terbangunnya kesadaran semua elemen sekolah mulai dari guru, TU dan siswa, adanya dorongan dan dukungan penuh dari orang tua siswa serta pemerintah tentang betapa pentingnya peran pendidikan. Output yang dihasilkan bernafaskan dan bersandar pada nilai-nilai luhur bangsa yang berorientasi pada kearifan lokal.

Jika mencermati tujuan pendidikan, maka semua elemen harus memahami nilai-nilai ketaatan. Komitmen pada peningkatan mutu, serta mendorong adanya inovasi kreatif sebagai bentuk dari perubahan.

Akan tetapi pada kenyataannya, terdapat rentang yang cukup jauh antara teori dan kehidupan yang sebenarnya. Sekolah mengutamakan pembangunan pagar yang tinggi dan kokoh, ketimbang memperkokoh kesadaran setiap warga sekolah. Warga sekolah diperlakukan bagaikan terpidana, tidak ada ruang dan waktu bagi setiap individu untuk menunjukkan nilai moral yang dimilikinya, ditambah lagi tidak adanya kesadaran masyarakat, masyarakat sibuk dengan aktivitasnya, masyarakat lebih individual sehingga tanggung jawab dan kerjasamanya tidak tampak mendukung pembelajaran dengan membiarkan anak didik yang meninggalkan area sekolah bahkan beberapa orang justru menebar pesona didalam wilayah sekolah sehingga mengganggu fokus belajar siswa.

Kapankah kita bisa menyaksikan sekolah tanpa pagar? Pagar adalah bentuk ketidakpercayaan terhadap warga sekolah dan masyarakat sekitar. Sekolah tanpa pagar hanya bisa dapat ditemukan pada komunitas masyarakat yang memiliki ketaatan pada  nilai-nilai moral. Jadi, pada prinsipnya selama sekolah masih mempertahankan pagar yang kokoh dan tinggi maka selama itu pula gambaran kesadaran masyarakat terhadap pendidikan masih sangat kurang termasuk sekolah yang berada di komunitas yang memiliki tingkat intelektual tinggi.

Pembangunan pagar sekolah sangat bertolak belakang dengan konsep pendidikan, pendidikan seharusnya tidak memiliki jarak antara pembelajaran di kelas dengan realitas. Sekolah harus menjadi roh bagi perubahan yang terjadi dimasyarakat. Sekolah harus memberi pengaruh bukan menerima pengaruh, inilah salah salah satu alasan kehadiran kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter.


Mungkinkan sekolah tanpa pagar bisa terwujud?