Panggilan “pak/ibu guru” bentuk pengabdian tertinggi

Dipanggil “pak/ibu guru” akan terasa nikmat, suatu penghargaan yang tinggi bagi pengabdian manusia terhadap manusia lainnya. “pak/ibu guru” langsung melekat kepada siapa saja yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain, tidak perlu melalui ujian meja atau ujian-ujian lainnya, cukup mengajarkan sesuatu yang bermanfaat, kita sudah dipanggil “pak/ibu guru”.

“pak/ibu guru” simbol ketabahan dan kekuatan. Sebagai simbol ketabahan, seorang guru harus selalu sabar dan tabah mengajarkan kebaikan dan ilmu pengetahuan kepada siapa saja. Guru tidak mengenal kata putus asa, menyerah atau bentuk lainnya yang mencerminkan kegagalan. Guru tidak boleh memilih anak didik, siapa pun dia, apapun latar belakangnya, suku, agama, ras dan warna kulitnya, dimata guru mereka semua adalah anak didik yang harus diberi ujaran kebaikan dan ilmu pengetahuan.

Berbagai persoalan bangsa, masyarakat dan pribadi-pribadi tertentu tidak membuat guru kalah dalam medan perang. Jutru guru semakin kuat, karena guru adalah petunjuk bagi orang lain bahwa terdapat optimisme yang dapat mengantarkan anak didiknya keluar dari permasalahan. Dikala semua pintu-pintu kesempatan dan kebaikan mulai tertutup, tangan-tangan guru akan mengukir jalan baru menuju lautan harapan. Pada saat persaingan hidup menjadi ketat dan dibawah tekanan hidup yang semakin berat, lidah guru akan terus memompa semangat baru kepada anak didiknya. Sehingga wajarlah guru merupakan derajat pengabdian tertinggi manusia kepada Sang Maha Pencipta.

Guru itu banyak macamnya, misalnya ulama, dosen, guru disekolah, guru privat, guru ngaji, atau orang-orang yang berbagi pengetahuan kepada orang lain seperti montir di bengkel mengajari anak buahnya, petani mengajari anaknya cara bercocok tanam, nelayan mengajari orang lain cara mengikat kail dan sebagainya.

Kelebihan seorang guru dibandingkan dengan lainnya adalah dalam mengajarkan sesuatu tidak mengharapkan balas budi, mereka melakukannya dengan ikhlas karena Allah SWT, mereka merasa bangga apabila anak didiknya mampu menyaingi dirinya atau bahkan melebihi kemampuannya. Kalau ada anak didiknya sukses, walau mereka tidak menerima hadiah atau imbalan atas jasanya, mereka akan merasa bangga melebihi kebanggaan anak didiknya ketika meraih kesuksesannya. Bagi guru, keberhasilan sesungguhnya dalam mengajar adalah ketika anak didiknya meraih sukses, atau sederhananya, mereka mendapatkan pekerjaan walaupun mereka harus menjadi atasannya.

Perjuangan guru menciptakan perubahan anak didiknya, tidaklah semudah bayangan kita sesungguhnya, terlalu banyak dukanya dibandingkan dengan sukanya. Terlalu banyak penderitaan dan kekecewaan yang diperoleh dibandingkan dengan kepuasan dan kebahagiaannya, bahkan hak-haknya tidak sebanding dengan kewajibannya. 

Namun demikian, guru tetaplah guru, sebuah profesi yang diberi tanggung jawab untuk mencerdaskan segenap kehidupan bangsa. Penderitaan dan kekecewaan hanyalah sebuah irama yang menambah indahnya hidup demi bakti pada nusa dan bangsa serta amanah dari Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya akan terangkai dalam komposisi siklus kehidupan yang harus dijalani dengan harapan agar rantai kehidupan tidak terganggu. Jadi bersyukurlah bagi yang memilih profesi sebagai guru, sebab warisan nilai-nilai kehidupan terletak di tangan anda.