Literasi Visual
Gambar (visualisasi obyek) di kehidupan modern tidak hanya berperan sebagai media hiburan. Komunikasi di berbagai bidang kehidupan telah banyak yang menggunakan visual. Jika anda berjalan maka di sepanjang jalan akan anda temui gambar-gambar penuh makna. Demikian pula dengan berbagai produk barang, makanan dan obat-obatan, satu atau dua gambar tertentu dapat mewakili informasi penting yang cukup banyak.
Kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan berbagai gambar tersebut di atas sangatlah penting. Untuk itu literasi visual menjadi salah satu kompetensi yang juga harus diajarkan di sekolah, meskipun tidak benar-benar disebutkan secara tertulis dalam kurikulum. Guru dapat menyisipkan kemampuan tersebut melalui berbagai materi pelajaran, metode dan media yang digunakan.
Literasi visual atau melek gambar adalah suatu kemampuan yang terdiri atas dua subkemampuan utama, yaitu:
- Kemampuan mengurai makna (menafsirkan) visual. Makna dari gambar-gambar yang ada di sekitar kita tidak dapat kita pahami betul jika tidak dipelajari. Untuk mengajarkan kemampuan memahami dan menafsirkan gambar perlu diketahui beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu usia, budaya dan preferensi (kesukaan) anak.
- Kemampuan menyandikan (membuat) visual. Membuat gambar-gambar dengan makna tertentu merupakan kemampuan lebih lanjut dari literasi visual. Untuk memproduksi gambar tentu saja seseorang akan dituntut untuk mengaktifkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di era teknologi telah banyak program berbasis kumputer yang bisa digunakan untuk membuat gambar-gambar dengan berbagai tujuan.
Smaldino, Lowther dan Russel (2011) menyebutkan dua strategi pengajaran di kelas yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan kemampuan literasi visual.
- Strategi input. Yaitu suatu strategi untuk mengajarkan kemampuan menguraikan makna atau memahami visual. Misalnya dengan meminta mereka menganilis sebuah gambar, atau mendiskusikan suatu tayangan video tertentu.
- Strategi output. Yaitu suatu strategi untuk mengajarkan kemampuan menyandikan atau membuat visual. Misalnya dengan cara mengadakan presentasi dan diskusi kelompok dengan meminta presentasi yang menyertakan aspek visual di dalamnya (bisa berupa gambar obyek, bagan atau grafik).
Contoh strategi output: visualisasi alam
Buku Rujukan:
Smaldino, Sharon E. Lowther, Deborah L. Russel, james D. 2011. Instructional Technology & Media for Learning. Edisi Sembilan. Terj. Arif Rahman. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group