Cara Guru Memahami Diri Sendiri (Self Understanding)
Tugas-tugas penting guru antara lain menyajikan pengalaman yang bermakna untuk siswa, mendidik karakter atau mengajarkan anak-anak bagaimana cara untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut guru diharapkan mengenali para siswa terlebih dahulu. Anak-anak adalah individu dengan berbagai karakter dan lingkungan yang membentuk kepribadian mereka. Anak-anak dari suatu lingkungan memiliki banyak kesamaan karakter, namun juga memiliki perbedaan individual. Guru yang dapat memahami kondisi siswanya dengan baik adalah awal dari terwujudnya peran sebagai guru bagi mereka.
Keberhasilan Guru Mendidik Siswa Diawali dari Mengenali Siswa
Artikel ini tidak membahas mengenai bagaimana guru memahami siswa-siswanya. Sebaliknya, di sini akan dibahas mengenai sesuatu yang lebih awal dari tugas tersebut. Yaitu bagaimana guru dapat memahami dirinya sendiri.
Banyak penelitian psikologi yang menunjukkan bahwa orang yang tidak dapat mengenali dan menguasai emosi diri mereka umumnya tidak akan mampu menghargai dan berhubungan dengan emosi orang lain. Termasuk dalam hal ini adalah para guru yang harus berinteraksi dengan berbagai jenis emosi para siswa. Sebagai contoh, sebelum guru dapat menyadari perasaan tertekan yang dialaminya, maka dia akan sulit untuk menyadari dan bersimpati akan perasaan tertekan yang dialami oleh para siswa.
Bagaimana cara guru dapat dapat memahami diri sendiri dengan baik? Artikel ini akan memaparkan dua cara yang diadopsi dari tulisan Ryan dan Cooper (2010).
Cara yang pertama adalah dengan menggunakan sumber-sumber tertulis dari para praktisi pendidikan (terutama guru) mengenai bagaimana cara mereka untuk memahami diri sendiri. Sumber-sumber tertulis tersebut dapat berupa buku, artikel di majalah, atau internet. Tulisan di buku lebih baik karena biasanya bersifat lebih mendalam dan mengulas tentang para guru yang telah berhasil. Namun sumber di majalah dan internet jumlahnya lebih banyak dan mudah diperoleh. Sebagai tambahan, kita juga dapat menggali informasi dari pengalaman guru-guru senior yang berada di sekitar kita. Kelebihan dari metode ini adalah kesesuaiannya dengan permasalahan yang mungkin juga kita hadapi karena faktor kesamaan lingkungan sosial yang ditempati. Kekurangannya adalah pada waktu atau kesediaan guru-guru senior tersebut untuk dapat berbagi pengalaman dengan kita.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan observasi berperan serta (participant observation). Yaitu aktivitas mengamati kelas dan mencatat apa yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh kita sebagai pengamat. Pengamatan yang biasa dilakukan guru adalah pengamatan untuk tujuan penilaian siswa. Namun pengamatan di sini berbeda, pengamatan dan pencatatan dilakukan secara mendalam dan hati-hati dalam rangka untuk benar-benar mengetahui bagaimana hasil pengajaran yang telah kita lakukan terhadap kondisi kelas dan sikap siswa. Dengan menyadari bagaimana dampak dari perlakuan kita terhadap siswa, diharapkan kita akan lebih mengenali dan memahami "diri kita" sebagai guru lebih baik lagi. Hasil pengamatan tersebut dapat dibandingkan dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru-guru lain, sehingga kita dapat membuat korelasi yang lebih spesifik mengenai bagaimana kondisi dan perilaku siswa ketika menghadapi guru yang berbeda. Umumnya guru akan lebih sadar akan dirinya ketika dihadapkan pada fakta-fakta seperti itu (diperolehnya sendiri).
Memahami diri adalah suatu proses yang tidak instan. Perlu kemauan, keseriusan dan kesabaran untuk membuka siapa diri kita di hadapan para siswa. Banyak guru terlalu memandang diri positif sehingga kurang peka terhadap keluhan siswa mengenai sikap mereka yang kurang mendukung anak untuk belajar. Jadi, cara-cara di atas adalah sekedar perangkat teknis, namun untuk benar-benar memahami diri anda kekuatan utamanya terletak pada kemauan untuk belajar dan menjadi lebih baik.
Buku Rujukan:
Ryan, Kevin. Cooper, James M. 2010. Those Who Can, Teach. Edisi Dua Belas. Boston: Wadsworth Cengage Learning